Kamis, 18 Agustus 2011

Harmony in Diversity


Nama                                    : Nurzafira Swandayani
Jurusan / Fakultas                  : Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris / Fakultas Ilmu Budaya
Topik                                     : Bhineka Tunggal Ika                                                     
Judul                                     : Berbeda itu satu           
Indonesia, bukan sebuah kata yang sulit dicerna. Sebuah negara yang pada umumnya memiliki karakteristik demi mewujudkan semua tujuan dan cita – citanya. Memiliki semua unsur yang mutlak diperlukan demi berjalannya suatu Republik Indonesia yang lebih baik kedepannya nanti. Terwujudnya keutuhan alami dengan berdasar Pancasila. Bhineka Tunggal Ika, semboyan abadi dalam Indonesia yang berasal dari buku karangan Mpu Tentular dalam kitabnya yang terkenal, yakni Sutasoma, menggambarkan secara ramping bagaimana interaksi kelompok yang saling toleransi telah tertanam dalam tubuh bangsa ini sejak dulu.. Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kita patut bangga atas semuanya itu. Bermacam – macam namun masih dalam pelukan sang saka Merah Putih Indonesia. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Melihat bagaimana kondisi Indonesia secara utuh, cukup pantas bahwa Indonesia dikatakan sebagai bangsa yang majemuk. Dihuni oleh berbagai macam suku, dengan ribuan bahasa, dan beberapa agama yang diakui adalah bukti bahwa interaksi kelompok yang saling toleransi memang ada di negara ini. Bahkan negara pun mengakui Alm. Abdurahman Wahid sebagai Bapak Pluralisme Indonesia karena kegigihannya membela hak minoritas di negeri yang majemuk ini. Dalam beberapa peristiwa sebagai cerminan dari kehidupan berbangsa dan bertanah air serta menjunjung tinggi demokrasi, beberapa ada yang bisa hidup berdampingan dengan damai, namun tidak sedikit juga yang berakhir dengan konflik. Namun, sesungguhnya disitulah letak konsep ke-Bhineka Tunggal Ika –an yang sesungguhnya lahir. Bahwa kemajemukan bukan sebagai alat pemecah melainkan sebagai alat pemersatu.
Sebut saja Tim Nasional Indonesia (TIMNAS Indonesia). Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia. Saya tidak hafal apabila harus menyebut anggotanya satu – satu. Namun, yang saya tau mereka datang dari berbagai pelosok Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesiadalam diri TIMNAS. Seperti Oktovianus Maniani pria Papua yangmenjadi salah satu anggota TIMNAS kita. Dia berbeda apabila terlihat dari sisi kehidupan kita yang dekat dengan gaya ibukota. Namun semua tidak akan pernah menghalang satu tujuannya untuk membawa TIMNAS Indonesia ke kancah Internasional bersama anggota – anggota yang lainnya. Dengen memegang erat prinsip budaya Indonesia dia melangkah maju dengan semua perbedaan yang dia bawa dari tanah Papua. Mereka anggota TIMNAS yang berasal dari bermacam – macam suku sama mempunyai satu tujuan untuk mengharumkan nama bangsa lewat bakat olahraga sepak bola yang mereka miliki.