Jumat, 02 September 2011

Tips mudah menciptakan karya tulis


Seringkali dari kita bila sedang membuat suatu tulisan, apakah itu bersifat ilmiah ataupun juga non ilmiah, beban perasaaan yang membelenggu dari beberapa faktor seperti rasa takut yang berlebihan terhadap tulisan kita sendiri, biasanya yang paling umum rasa tidak percaya diri akan ‘kebenaran’ dan ‘kekuatan’ dari apa yang kita tulis. Hal itu sangat wajar terjadi, apalagi sebagian dari kita memang bukan berasal dari latar belakang penulis atau jurnalis. Tapi satu hal yang perlu diingat adalah, menulis merupakan ketrampilan dasar yang bahkan seorang anak sekolah dasar pun mampu melakukannya. Rasa beban tersebut terjadi justru saat kita sudah punya banyak pengalaman dan pengetahuan, karena disitulah sumber utama masalahnya. Semakin pintar diri kita pasti berbanding lurus dengan semakin banyakanya analisa dan logika yang dominan di kepala kita. Beda dengan orang yang punya sedikit pemikiran, kemungkinan besar ia akan bisa menulis dengan beban yang ringan karena yang banyak berperan adalah sisi kreatifnya di otak kanan yang tidak terlalu peduli dengan analisa logika otak kiri. Beberapa tips yang mungkin bisa kita terapkan untuk mendobrak belenggu dalam semangat menulis antara lain :
1. Menulis adalah Kesenangan, bukan hanya games atau nonton bioskop saja yang bisa bikin kita senang, imajinasikan saat jemari kita menulis saat itulah sebenarnya kita sedang ‘bermain’ dengan kata-kata terangkai. Tidak perlu khawatir bahkan bila kosa kata kita agak berantakan, yang penting
setiap huruf mengalir begitu saja sesuai dengan perasaan yang kita ciptakan tadi, menulis adalah kesenangan.
2. Menulis adalah Berbicara, ini agak aneh memang, tapi saat kita menulis coba khayalkanlah bahwa kita ’sebenarnya’ ini sedang ngobrol dengan teman-teman kita. Saat imajinasi itu terjadi, saat itu pula kata - kata akan meluncur dengan deras layaknya sedang berbicara dengan teman-teman. Jarang sekali kita terlalu banyak berpikir sebelum berucap saat sedang ngobrol. Semuanya berlangsung spontan dan lugas.
3. Menulis berarti Berbagi, seperti halnya amal, setiap tulisan karya kita, sedikit banyak pasti dan harusnya bermanfaat untuk orang lain. Itulah sebenarnya kunci utama dalam kegiatan menulis. Kita membuat tulisan dan orang lain membacanya. Ada hubungan tidak langsung antara apa yang kita berikan dalam bentuk tulisan dengan kemajuan atau kesuksesan orang yang membacanya. Tidak selalu harus uang untuk beramal, tulisan juga bisa kok.
4. Menulis berarti Membebaskan, dalam tulisan fiksi berupa cerpen atau novel, kita mendapat kesempatan yang sangat luas dalam berekspresi. Seorang penulis fiksi bebas berimajinasi terhadap keadaan, sang tokoh, alur cerita dll. Dalam kata lain, saat Anda menulis cerita, Anda adalah ’sang pencipta’. Ekspresikan diri kita sepuasnya karena ranah ini benar- benar milik kita.
5. Menulis berarti Hidup, mirip sebuah iklan rokok, “bikin hidup lebih hidup”, mungkin seperti itulah perumpamaannya. Saat kita melakukan kegiatan tulis menulis saat itu pula kita seakan digiring ke sebuah fenomena aktualisasi diri. Menulis berarti menghidupkan jiwa kita dalam bentuk karya tulis. Menulis tidak hanya sekedar kegiatan layaknya makan minum, tapi lebih bermakna dalam, utamanya seperti bernafas, sudah menjadi bagian diri kita. Menulis adalah kehidupan kita.
Pernah gak sih ngerasa kalo di kepala kita tuh banyaaaaaakk banget ide cerita yg bs ngebantu kita buat nulis cerpen ato novel? And... pastinya bikin kita kewalahan... mau gimana nih awal ceritanya? Tokoh sentralnya siapa? Endingnya mending hepi ato ngegantung? Anyway, ide cerita emang unsur penting dalam penulisan sebuah cerpen ato novel. Nah, sebagai sesama writer, aku maw bagi” tips nih biar ide cerita kita bisa maksimal digunain!
6.Kumpulin semua ide kamu!
Just open your eyes, ears, and mind! Ide a.k.a. inspirasi itu ada di sekelilng kita. Cuman kita perlu lebih sensitif biar kita bisa menerjemahkan sang ide tsb.
7.Kelompokin Ide Kamu!
Sebel gak sih kalo novel qta pas udah setengah jalan tiba-tiba banyak ide bermunculan? Whuih klo aku mah BT abis klo dah gitu! Yang mana nih yang harus qta pilih? Nah, kita kumpulin deh itu ide-ide yang udah kita kumpulin dari nonton, pengamatan, ngelamun, baca, pokoke harus di kelompokin! Bahkan kalo bisa, kelompokin ide itu berdasarkan kategori, which like alur cerita, kelompokin ide kamu yang berkaitan dgn alur cerita. Kalo penokohan, kelompokin ke penokohan. Something like that lah!
8.Catetan kamu...
Percuma dong kalo dah dikumpulin ‘n dikategoriin tp gak dicatet? Nah, klo bisa catetan ini dibuat serapi mungkin coz aku pernah ngalamin aku suka asal nyatet dgn tulisan super cepet sehingga gak ke baca sama sekali. Lupa deh ntu ide cerita T-T...
9.Baca + Baca = Jalan Keluar
Setiap pemulis pasti mengalami wrtiter’s block alias kebuntuan menulis. Kita dituntut untuk sekreatif mungkin untuk menanggulanginya. Caranya? Baca dung, terutama yang kamu minatin ato yang se-genre ama novel or cerpen yang kamu bikin. Misanya kalo kamu lagi bikin novel yang agak filosofis, mending baca Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh ato Sophie’s World. Jangan sampe kamu bikin novel teenlit tapi malah baca serial goosebumps, gak lucu kan? Mana gak nyambung lagi...
10.Diskusi yuk?
Dua kepala ato lebih pasti lebih baik dari dari satu kepala (isi kepalanya yah... bukan kepalanya doang). Diskusiin deh mulai dari plot, penokohan, dll sampe ending kalo kamu emang butuh diskusi. Inget, walopun temen kamu nyaranin byk bgt, bukan berarti dia bisa nentuin jalan novel kamu. Pemegang kendali tetap harus di tangan kamu!

Langkah pertama : Tentukan ide
Pemakaian bahasa yang bagus tanpa ide yang kuat tak mampu menjadikan sebuah novel berhasil dipasaran. Sebuah ide dikatakan bagus jika ide itu baru dan orisinil. Jangan takut menulis sesuatu yang belum anda ketahui. Tulislah bila ide tulisan itu bagus menurut anda. Materi tulisan selanjutnya toh bisa dicari dan dipelajari. Bila kesulitan, mulai saja menulis dengan memperhatikan kehidupan disekitar anda. Keluarga, sahabat dan tetangga anda adalah ladang ide.
Mulailah dengan mencatat ide pokok tepat ditengah-tengah kertas HVS putih. Misalnya ide pokok novel anda tentang perjuangan seekor harimau untuk bersahabat dengan manusia. Lalu kembangkan ide pokok itu. tarik tanda panah keluar dan tulis sub idenya (misalnya harimau protagonis itu akhirnya bertemu dengan seorang anak kecil yang menjadi sahabatnya), tambahkan lagi sub ide dengan cara yang sama (misalnya saudara harimau sebagai tokoh antagonis justru hendak memakan anak kecil itu, lalu kemudian harimau protagonisnya terjebak dalam konflik antara membela saudaranya atau anak kecil sahabatnya itu) buatlah sebanyak mungkin sub ide dengan bebas dan jangan memotongnya. Setelah dirasa cukup baru anda hubungkan benang merah antara masing-masing sub ide itu. Buang yang tidak penting, lalu tetapkan fokus jalan ceritanya. Pertahankan agar ide anda tetap sempit. Jangan mencoba mencover segala persoalan hanya supaya novel anda tampak hebat. Metode seperti ini lazim disebut metode jaring laba-laba.
Langkah kedua : Tentukan jenis cerita
Tetapkan jenis novel yang hendak anda buat. Apakah itu novel tentang Kisah Kepahlawanan, Novel Sejarah, Autobiografi Fiktif, atau Novel Faksi(bauran fakta dan fiksi seperti science fiction). Lakukan riset pasar ditoko buku. Baca kecenderungan trend novel best sellers tahun ini. Prinsipnya : Jangan jual apa yang anda bisa tulis, tapi tulislah apa yang bisa anda jual !
Langkah ketiga : Tetapkan Sasaran cerita
Tentukan segmen pembaca novel yang hendak dituju. Apakah itu novel untuk remaja belasan tahun, novel untuk wanita pekerja, novel erotik (dewasa) atau novel berkategori umum (segala umur). Penetapan sasaran pembaca penting sebagai acuan dalam menentukan jenis bahasa dan pemakaian kalimat yang dipakai dalam penulisan novel. Bahasa untuk orang dewasa tentu berbeda dengan bahasa untuk remaja belasan tahun. Sekali lagi perhatikan trend pasar sebelum menentukan sasaran pembaca novel yang hendak anda buat.
Langkah Keempat : Tetapkan Tema
Tema adalah inti pokok cerita anda. Semisal ide tulisan anda adalah tentang seekor harimau yang hendak bersahabat dengan manusia, maka temanya bisa saja tentang konflik batin yang dialami harimau tersebut, atau suka-duka yang dialami sang harimau dalam mencapai cita-citanya itu. Ada kecenderungan tema setiap novel biasanya memuat pesan cerita yang hendak disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca.
Langkah Kelima : Buat premis, sinopsis, storyline
Kembangkan ide cerita dari jaring laba-laba yang telah anda buat sebelumnya menjadi sebuah garis besar jalannya cerita. Ini berguna untuk memandu anda agar tetap konsisten dijalur dari awal sampai akhir cerita, serta tidak melantur kemana-mana tanpa penyelesaian yang jelas.
Misalkan ide tentang Harimau yang hendak bersahabat dengan manusia tadi, sinopsisnya bisa seperti ini : Maung, seekor harimau muda tanpa sengaja tersesat ditengah kampung. Awalnya penduduk bersikap beringas dan curiga kepadanya. Maung pun ditangkap dan dipenjarakan. Lalu muncullah Hari, seorang bocah lelaki berumur 10 tahun anak kepala kampung yang jatuh iba pada si Maung. Ia lalu memberi Maung makan dan merawat luka-lukanya sampai akhirnya keduanya pun akrab dan bersahabat. Namun Graum saudara si Maung tiba-tiba datang menyerbu kampung untuk membebaskan si Maung. Hari ditangkap oleh si Graum. Apa tindakan si Maung selanjutnya ? Akankah dia membela si Hari atau justru melawan saudaranya si Graum ? (tentukan sendiri ending cerita yang anda inginkan, apakah happy ending atau bad ending) “
Langkah Keenam : Pilih alur cerita/plot
Pilih alur cerita yang anda inginkan. Apakah plot lurus, berurut secara sistematis dari pembukaan, inti cerita sampai ending sesuai dengan urutan waktu yang lazim. Ataukah plot terbalik. Dimana cerita dimulai dengan menceritakan akhir dari cerita tersebut melalui ingatan atau penuturan tokoh akan masa lalunya ?
Langkah Ketujuh : Pilih Sudut Pandang
Pilih posisi anda dalam bercerita. Anda bisa menjadi tokoh aku (orang pertama tunggal), atau orang ketiga (Dia) yang bisa menceritakan semua karakter tokoh secara bebas. Semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Biasanya dengan sudut pandang orang ketiga, penulis lebih leluasa menjelma kedalam setiap karakter tokoh yang ada didalam cerita.
Langkah Kedelapan : Tetapkan Setting/latar
Tentukan dimana tempat dan waktu berlansungnya cerita yang anda tulis. Hal ini berkaitan lansung dengan suasana psikologis pada jaman tersebut dan juga berpengaruh terhadap pola pikir, karakter dan cara bertutur tokohnya dalam dialog. Latar tempat adalah sumber referensi utama anda dalam mendeskripsikan suasana fisik yang melatarbelakangi kehidupan tokoh-tokoh dalam cerita.
Langkah Kesembilan : Kembangkan detail
Pecah storyline/sinopsis yang telah anda buat kedalam bab-bab yang anda tentukan sendiri jumlahnya. Catat point-point atau ide kunci untuk setiap bab. Misalnya pada bab satu anda menceritakan tentang masa kecil tokoh protagonisnya. Bab dua mengisahkan pertemuan tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Bab tiga berisi konflik antara tokoh, dan seterusnya.
Tentukan pula siapa tokoh yang harus masuk pada setiap bab, apa jenis konfliknya (siapa dengan siapa), dimana latar dan setting kejadiannnya, pesan-pesan moral yang hendak anda sisipkan, peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi (lucu, sedih atau tegang) disetiap bab, lalu tentukan jenis ending cerita yang anda inginkan.
Pada setiap bab itu anda sudah bisa pikirkan dan catat bahan materi tulisan (data, fakta dan info) yang harus anda cari dan kumpulkan sebagai pelengkap dan penambah daya tulisan anda. Setelah semuanya selesai, kembalilah ke halaman bab pertama.
Saatnya anda mulai mengetik diatas laptop/PC. Mulailah menulis dengan mengacu pada bingkai yang telah anda tetapkan dan catat. Disini tak ada lagi panduan teknis yang bersifat baku. Semuanya kini terpulang kepada anda. Manfaatkan imajinasi anda dalam merekayasa kalimat, merangkai deskripsi, menuturkan dialog. Jangan lupa sisipkan perumpamaan, kiasan, referensi dan info-info penting dari materi pendukung yang anda kumpulkan untuk disajikan kepada pembaca.
Langkah Kesepuluh : Edit, Edit dan Edit
Sebaiknya anda tidak melakukan pengeditan ditengah jalan. Tulis dan tulis saja secara bebas apa yang anda pikirkan. Jangan takut salah kawan. Hindari memotong imajinasi anda dengan lansung mengeditnya begitu selesai ditulis. Bila semua bab telah anda selesaikan itu baru menandakan waktunya untuk mulai mengedit tulisan anda.
Kembalilah kehalaman pertama. Perbaiki kesesuaian antar kalimat, penggal kata-kata yang tidak berguna, koreksi pemakaian istilah, tanda baca, hapus pemakaian kiasan dan perumpamaan yang berlebihan dan buang paragraf yang keluar dari bingkai cerita yang telah anda tetapkan. Khusus dialog sebaiknya diedit dengan jalan membacanya secara lisan dan didengarkan terlebih dahulu. Bila dialognya kurang bagus didengar itu tandanya tdiak bagus pula dibaca.
Edit bagian opening dan ending berkali-kali. Biasanya bagian opening dan ending yang perlu mendapat perhatian lebih. Jangan kira penulis kawakan tidak melakukannya. Bila perlu tiru cara penulis terkenal dalam membuat opening dan ending yang bagus. Tak ada batasan kapan sebuah tulisan dianggap selesai. Anda bisa mengeditnya berkali-kali sebanyak yang anda mau. Sebaiknya setelah mengedit simpan dahulu tulisan anda selama sebulan dan jangan memikirkannya. Baru kemudian anda kembali membukanya dengan berposisi sebagai pembaca yang objektif dan berjarak dengan karya anda. Kemudian lakukan pengeditan sekali lagi.
Langkah Kesebelas : Publish Novel Anda
Print karya anda lalu sampul dengan baik dan kirim ke agen penerbit. Atau anda bisa mengikuti metode self publisher seperti yang dilakukan Dewi Lestari (Supernova). Bisa pula anda mengadakan tes pasar terlebih dahulu dengan memposting sebagian isi novel sebagai Konten Blog anda. Cara lainnya adalah dengan menawarkan ke produser siapa tahu ada yang tertarik menjadikannnya skenario film (istilahnya diekranisasi).
Sampai disini anda diandaikan telah memulai proses menulis novel. Dalam perjalanannya anda akan dihadapkan pada sejumlah pilihan dalam menentukan jenis opening, inti dan ending dari cerita anda. Untuk memudahkan anda melewati itu semua mari lanjutkan membaca ke Seri 04


 

Kamis, 01 September 2011

Cinta dan Keluarga

Sang hujan masih saja jatuh terurai di seluruh ruang yang ada di muka bumi ini. Dingin tak tertahankan lagi ketika semua hujan berkumpul jadi satu di senja yang gelap. Membawaku ke dalam lamunan yang panjang seakan hal ini pernah terjadi memerihkan setiap rusukku. 5 bulan lalu. Ketika aku masih merasakan dekap hangat sentuhan dan bias tawanya. Merasakan apa yang lebih indah bagiku selama ini. Seakan tak ingin memaksa waktu untuk menghentikan setiap detiknya pada saat itu.
            Panggil saja aku Veby. Merasakan sebagai burung yang menginginkan kebebasan walaupun aku masih dalam sangkar yang tertutup rapat dalam jerat yang berbesi. Tuntutan dari orang tua yang memaksaku untuk menjadi pribadi yang lebih baik di 17 tahunku nanti. Mereka – mereka yang selalu mendukung aku disaat aku senang maupun susah. Tak ayal kadang aku masih memiliki sifat kekanak – kanakan yang selalu membuat mereka harus mengeluarkan ototnya untuk mendidikku.
            “ Dira! Kamu itu bisa dibilangin apa tidak, sih. Kamu ini sudah SMA, tapi masih saja dituntun terus. Tolong dong perngertian sama Ibu. “ Begitulah sekiranya apa yang selalu Ibuku bilang disaat aku mulai malas dengan apa yang ada di hidupku ini.
            Termasuk dalam hal ini adalah larangan keras bagiku untuk menjalin suatu hubungan cinta di masa – masa remaja. Entah apa alasannya mereka berfikir seperti begitu. Namun lagi – lagi Ibuku yang selalu menyangkut pautkan masa pacaran remaja dengan peristiwa – peristiwa yang ada di televisi tentang kriminalitas, pemerkosaan anak remaja jaman sekarang. Sebenarnya logis apa yang dikatakan beliau, namun tidak semua laki – laki itu seperti apa yang dikatakan berita televisi. Mereka hanya menginginkan aku menjadi seorang yang mengerti tentang arti hidup sebenarnya. Namun aku tidak bisa lagi terus berdiam diri dalam situasi seperti ini. Disaat teman – temanku semua selalu memamerkan kemesraan mereka dengan kekasihnya, membuatku iri. Perasaan jatuh cinta yang telah menjadi penyakit langganan para remaja sudah tidak wajar lagi bagiku. Aku telah mengenalnya ketika keberadaanku di suatu bimbel 1 tahun yang lalu. Tidak pernah terfikir olehku apapun itu tentangnya. Dan sempat menghilang sejenak dari hidupku.
***
            Ada yang beda dengan hari ini. Yap! Aku sudah siap mengukir pengalaman di lembar baru pada tahun 2009. Harapan dan impian yang selalu terucap setiap pergantian tahun meski kadang tidak pernah terkabul. Mimpi anak remaja yang menginginkan kebebasan untuk mencapai apa yang menjadi prioritas hidupnya di masa depan. Punya pacar, teman yang banyak, dan aktivitas yang membuatnya bisa berubah untuk melihat kedepan karena masih banyak tantangan untuk mebangun suatu keprcayaan diri. Dan semua itu bagiku masih dalam target. Perubahan dari remaja menjadi dewasa adalah tantangan terbaru di seri kehidupanku.
Disepanjang kesendirianku, aku mulai merasa kesepian yang amat sangat terasa. Seperti aku yang selalu berusaha untuk mencari cinta sejati yang bisa memahamiku kapanpun itu. Yang bisa melengkapi masa remajaku kemarin yang masih belum sempurna karena selalu ada absen tentang seorang kekasih. Sampai akhirnya aku bertemu dia lagi. Rofi. Cowok jakun yang humoris dan konyol. Kita bertemu kembali dalam suatu media Chatting. Memaksa kita untuk saling penasaran dan bertemu setelah sekian lama vacum dari bimbel kita dulu. Tentangnya kini siap datang dalam hidupku. Ternyata setelah kita bertemu dia masih satu saudara sama aku. Saudara jauh sih, bahkan silsilahnya saja aku tak pernah paham. Aku suka di dirinya yang bisa membuat aku tertawa untuk melupakan sejenak masalahku. Sifatnya yang ceplas – ceplos membuat siapapun yang ngomong sama dia tak akan merasa garing. Baik, pengertian, dan penuh dengan misteri. Seperti itulah aku memujanya. Datangnya dia di hari – hariku memberikan warna yang lain dari kesepianku selama ini. Semua keakraban ini mebawaku semakin terhanyut dalam perasaan yang lebih dari saudara biasa. Mengesampingkan hal yang lebih penting untuk bersama – sama menghadapi kehidupan remaja yang sesungguhnya. Seringnya keluar berdua, sekedar makan siang pulang sekolah pada hari Jum’at, sampai pada komunikasi kita yang tiap hari tidak pernah putus.
Aku tidak tau mengapa ada yang berbeda dengan semua ini. Dari pertemuan itu hingga akhirnya aku mulai memiliki keyakinan dengan apa yang aku rasakan sekarang. Bimbang sejenak, namun semuanya tertutup dengan perasaan yang kuragukan adanya.
“ Veby, aku mau ngomong sesuatu deh sama kamu.” Dia memulai pembicaraan ketika gerimis menemani kita makan siang di hari itu.
“ Oh ya? Apa? Kayaknya ada juga yang mau aku omongin ke kamu.” Senyumnya dan senyumku melebur menjadi satu. Indah. Gerimis itu kini menjadi serumpun hujan deras yang melebamkan permukaan jalan namun memberiku suasana yang lain dari yang lain.
“ Begitu ya? Memangnya kamu sendiri mau ngomong apa?”
“ Loh kamu dulu dong. Nanti gantian aku.”
“ Oke oke.. Mmm .... aku tahu mungkin semua ini tak baik. Tapi ..” semuanyapun terhenti sejenak. Aku melihat dalam ke matanya seperti siratan kilauan mutiara cinta yang indah. Terlalu hiperbola, Veby. Sikapnya aneh. Senyumnya masih menyimpan sebuah pertanyaan. “ Aku suka sama kamu, aku sayang kamu.”
Saat itu aku hanya bisa diam dan sempat terlintas apakah aku sedang bermimpi? Selama ini aku menunggu hal itu, karena aku pun juga merasakan hal yang sama. Gejolak di dalam hati meronta bertentangan dengan kenyataan yang ada tentang status kita. Tapi begitu sulit untuk aku luapkan kepadanya. Aku tak bisa berfikir apapun kecuali rasa senang sekaligus bingung. Namun aku memberanikan diri dan mengatakan semuanya.
“ Tapikan kita saudara. Aku takut jika suatu hari nanti aku akan kecewa dengan hubungan yang ada di antara kita. “
“ Aku tau. Kamu coba lihat diluar sana banyak orang yang menikah dengan status saudara. Dan aku janji aku akan berusaha untuk menjaga dan membuatmu bahagia. Sampai saat itu tiba.“ Begitu usaha dia untuk selalu meyakinkan aku. Meluluhkan dinding tebal dan berbaja di depan kita.
“ Aku tak tau lagi harus ngomong apa. Mungkin semua ini terasa gila. Aku harus jujur datangnya kamu disini juga memberi arti lebih buat aku. Aku juga sayang sama kamu. Tapi .... “ Aku kehabisan kata – kata lagi, semuanya berhenti di tenggorokanku.
“ Oke. Kalau kamu takut, masalah kita ini jangan sampai ada yang tahu. Biar kita juga tenang jalaninnya. Aku juga tidak mau ada orang yang tau bahwa kita ini masih saudara. “
Mengertilah, aku tidak bisa menahan air mataku. Percayalah rasa sayangku ini semata karena bahagiaku disaat aku ada di dekatmu, tapi di sisi lain, persaudaraan kita seakan – akan membebani setiap langkahku. Semua akan tau tentang ini suatu esok yang kelam, dan apa jadinya aku nanti? Aku belum menyadari kalau aku sekarang benar – benar pacaran dengan saudaraku sendiri. Biarlah waktu yang mengajarkanku untuk berfikir kedepan dan menyadari bahwa yang telah terjadi akan menjadi teka teki setip detik esok, lusa, dan seterusnya.
Terik matahari dan kedipan bintang – bintang di tiap hariku terus aku lalui dengan kebahagiaan. Seakan waktu tak memberiku ruang untuk berhenti tersenyum dan tertawa saat bersama dia. Hari yang berharga di perjalananku adalah ketika aku mendapatkan kesempatan dari Tuhan untuk menambah umurku di tahun ini. Sweet seventeen .... Orang tua yang selalu ada dalam setiap kecupan cintanya untukku. Teman – teman dalam senyumnya yang menghangatkan mimpi, kakak, adik dan semuanya ikut bahagia. Terkadang aku menangis karena tidak menyadari arti dari keistimewaan ini. Aku tak mau menjadi tupai yang bodoh yang tidak mensyukuri keindahan ini. Special thanks for my love, dia ada saat itu. Seorang kekasih dalam 17 tahunku.
Rahasia besar ini masih terus aku jaga. Hanya beberapa dari sahabatku yang tau tentang hubungan ini. Bahkan aku sampai tidak menyadari suatu saat nanti pasti akan datang dimana kita harus berpisah. Dan hampir satu bulan lebih aku meninggalkan 17 tahunku kemarin dengan perasaan diantara aku dan dia semakin rapat dan erat ku rasakan. Janji – janji yang selalu terucap disaat kita bersama seakan menyingkirkan takdir yang telah ada. Aku tak akan berlebihan untuk menceritakannya. Hingga pada satu detik yang telah dijanjikan oleh sang waktu, hal itu datang. Apa yang selama ini aku khawatirkan dan apa yang selalu aku tangisi kenyataannya.
Hey ... Kamu lagi ngapain?
Suaranya yang selalu mengeringkan seluruh air mataku dalam dinginnya hujan berpetir tajam petang itu. Walau hanya lewat sapaan manja di telefon.
Hey ... Aku lagi mikirin kamu.Hehehe ..
Aku juga. Udah lama kita tidak ketemu. Kamu masih tidak boleh keluar sama orang tuamu?
Aku tidak tau kenapa bapak sama ibu begitu keras sama aku. Sebenarnya aku tertekan dengan semua ini. Aku pengen kaya anak – anak yang lain yang bisa nikmatin indahnya masa remaja yang sesungguhnya. Bisa jalan bareng sama kamu, makan – makan lagi, berangan yang panjang, dan bermimpi.
Ya udahlah .. jangan ditentang. Tidak akan menjadi lebih baik. Veby, aku rasa akhir – akhir ini hubungan kita semakin menjauh. Ada hal yang berbeda. Aku juga tidak pernah mengira ini bakal terjadi sama kita.
Maksudnya? Aku fikir, semua baik – baik saja. Apa karena orang tuaku yang buat waktu kita ketemu sangat minim? Maksudnya apa, sih? Jelaskan coba! Jangan buat aku tambah mikir, deh.
Dengerin aku dulu. Tadi mamaku baru pulang dari rumah tante. Tiba – tiba aja dia tanya ke aku, apa bener aku ini pacaran sama kamu? Aku cuma bisa diam saat itu, By. Aku juga tak habis fikir darimana dia tau tentang semua ini. Kata – kata yang diucapkan mamaku tadi serasa tidak bisa aku dengerin. Dia meminta kita untuk mengakhiri hubungan ini karena status kita. Apa kata yang lain jika mereka tau kita pacaran?? Apa kamu tidak berfikir siapa nanti yang akan malu, keluarga kita sendiri kan? Aku mohon mengertilah.
Maksud kamu kita putus? Iya? Apa harus sekarang, Fi! Bagaimana dengan aku. Aku terlalu sayang sama kamu ...
Aku masih hafal jelas apa yang terjadi saat itu. Air mata yang menetes tak bisa aku hentikan lagi. Aku belum siap menghadapi semua ini. Semuanya terjadi secara tiba – tiba dan tak pernah aku fikirkan sebelumnya. Perih di sini, di dalam setiap pekat nafas yang sulit aku rasakan, di hadapku ini yang telah menjadi nyata, di palung hati yang terdalam, ketakutan selalu mengikuti seiring dengan sakitku ini. Keistimewaan senyuman itu terkubur dan terjatuh meninggalkanku. Seluruh perasaan ini sepertinya telah menjadi sayatan keras dalam jiwa yang kecewa. Entah bagaimana hidupku nanti ketika semua ini terlewatkan dalam hari – hariku yang kelam tanpa dia. Apakah aku masih bisa menjadi remaja dewasa yang ceria dan penuh cinta lagi seperti remaja – remaja yang lain. Air mata ini menjadi saksi yang berat dari apa yang terjadi 1 jam yang lalu. Bayangan, kenangan, canda dan tawa sepertinya telah memusuhiku. Meninggalkan seluruh kebahagiaan dan menyisakan duka yang panjang. Aku merasa kesempurnaan itu hilang! Penyesalan memang hal yang tak ayal lagi untuk aku pada akhirnya nanti. Namun satu hal, aku tidak menyesal pernah mengenal dia dalam hidupku.
Kenyataannya mau tak mau, rela tak rela, semua ini harus aku terima. Keluarga bagiku adalah hal yang lebih penting. Biarlah semua kenangan itu aku simpan rapat dan hangat di bagian sisi jiwaku. Hingga tak akan ada seorangpun yang tau ini adalah kisahku, kisah terperih, kisah yang tersembunyi di balik setiap tawaku kemarin. Aku akan terus berusaha, memandang ke depan dan tidak selalu terpuruk dalam kesedihan masa lalu. Persaudaraan kita akan tetap aku jaga. Meskipun saat ini semuanya berbeda. Tapi akan menjadi sama dalam kerlipan setiap mata – mata dalam satu keluarga. Dengan adanya kalian disini. Memberiku sebuah cerita lain yang lebih penting. Dan aku percaya apa yang dikatakan orang tuaku dulu adalah benar adanya. Menjalin suatu hubungan percintaan di masa – masa remaja tak selamanya lurus. Kita harus bisa menentang kewajiban yang ada sebagai pelajar dengan keadaan hati kita. Entah itu suka maupun duka. Aku, dia, dan kenanganku adalah bagian dari perjalanan panjang hidup untuk mencari arti sebuah persaudaraan dan makna setiap langkah untuk mencari cinta sejati dengan menjadikan masa lalu itu sebagai pelajaran untuk meraih hal yang lebih baik di masa depan. Kita sepakat untuk selalu tersenyum dan memilih jalan masing – masing untuk mencari kebahagiaan yang lain.
Dan hujan itupun masih deras mengalir menutup kesakitan jiwa akan rintihan kerinduan yang semakin menggema. Namun hangatnya keluarga adalah sesuatu yang memang benar indah. Aku tak akan melupakan semua itu.
 Selesai

Kado Senja


Dira masih merenung terdiam di sebuah sore kelabu. Indahnya senja yang memancarkan  cahaya kemerahan diufuk barat terabaikan. Dia masih terpukul atas kepergian kekasihnya, Edo, yang meninggal karena penyakit leukimia. Dia hanya bisa mengulang kata – kata terakhir Edo kepadanya.  “ Dira, aku akan datang di 18 tahunmu nanti. Dan aku tidak akan pergi sebelum itu”. Sesuatu yang selalu menjadi kebahagiaan dira tersendiri sekarang hanyalah sebagai rekaman perih yang selalu berputar dalam memori Dira. Andai saja Edo ada mungkin beberapa jam kedepan dia sudah merayakannya bersama orang yang selalu dia sayangi itu.  Segala hal pada senja itu mengantarkan Dira pada tidur panjang malam itu...
“ Happy Birthday Dira ... !!!!” Papa dan Mama Dira di 18 tahun pertamanya pagi itu.
“ Edo mana, Ma?” Hanya itu yang diucapkan Dira. Dan membuat suasana hening sejenak.
“ Dira... Mama tidak suka kamu masih memikirkan dia lagi. Lebih baik kamu bangun dan lekas mandi. Sore nanti teman – temanmu akan datang ke rumah” Tutur Ibu Dira yang memecakan keheningan pagi itu.
Dinginnya pagi itu membekukan ingatan Dira tentang Edo. Sebuah pesta kecil dari keluarganya hanya untuk meraih kembali senyum Dira sore itu. Namun tidak dipungkiri lagi Dira masih tergolek lemas memandangi bingkai foto Edo bersamanya dulu.
“ Mbak Dira bangun Mbak, ini lho ada kado buat Mbak.” Bibi Inah mengagetkan Dira yang langsung mengusap air matanya.
“ Dari siapa ini, Bi?”
“ Bibi juga tidak tau, Mbak. Tadi waktu Bibi bersihin teras depan sudah ada kado ini tergeletak.” Cerita Bibi Inah.
Dira lekas membuka kado itu seakan dia berharap bahwa Edo yang akan memberikan kejutan buat dia. Kado pertama ternyata dari Alfian, teman dekat Dira. Semenjak Edo pergi 5 bulan yang lalu, Alfianlah yang selalu menemani Dira saat dia bersedih dan terpuruk apabila teringat dengan Edo. Alfian yang selalu memberi semangat pada Dira agar dia mau sadar dengan dunianya yang sekarang. Sebuah kotak musik dan selembar kertas.
“ Selamat Ulang Tahun gadis cengeng .. Aku harap kotak musik ini tidak basah oleh air matamu. Dira, semangat ya! Aku kangen Dira yang dulu. Aku mau 18 tahunmu ini bisa menyadarkan kamu bahwa disekitar kamu banyak orang yang ingin kamu kembali tersenyum lagi. Termasuk aku. Simpan baik – baik ya kotak musiknya? Kalau baterainya habis kamu bisa bilang sama aku. Nanti aku ganti kok.”
Dirapun tersenyum kecil membaca surat dari Alfian.
Kado yang kedua sedikit membuat Dira bingung. Hanya ada sebuah handycame dan surat lagi. Saking penasarannya lagi dia segera membacanya.
“ Hey, Dira, selamat Ulang tahun, ya. Make a wish dulu ya nanti sebelum tiup lilinnya. Kamu tidak boleh sedih dan nangis. Mungkin aku memang sudah tidak bisa meraba angin bersamamu lagi. Namun aku tidak akan melupakan satu janjiku sama kamu. Aku tidak akan pergi kemana – mana. Aku selalu ada disisimu. Dalam diri Alfian. Dira, kamu ingat kan, senja itu tidak akan pernah rapuh walau mendung menutup semua cahayanya. Namun ia akan tetap tersenyum dan aku mau kamu begitu tersenyum bagai senja kita. Selamat tinggal.”
Tangis Dira kini semakin terpecah dalam tiap tetes embun pagi ini. Darimana Edo bisa menyampaikan kado ini. Dira bingung. Dira semakin tak menemukan bahagianya lagi. Lalu dia teringat Alfian yang sengaja memberikan kado bersamaan dengan kado pemberian Edo. Dia berlari keluar kamar dengan terisak perih tergambar di wajahnya. Dia ingin menemui Alfian. Namun ketika sampai di depan rumah, sosok lelaki berdiri tegap menunggu di depan pintu.
“ Alfian! Tolong jelaskan sama aku apa maksudnya semua ini!” pinta Dira masih dengan air mata tadi. Dia membawa handycame dan secarik kertas dari Edo. Alfian menatap wajah dira yang sudah merah lebam oleh tangisnya.
“ Dira, maafkan aku yang harus menyembunyikan semua ini dari kamu. Sebenarnya Edo adalah saudaraku. Dia membuat semua itu sebelum dia pergi. Satu permintaan Edo yang tidak pernah aku mengerti ketika dia memintaku untuk menggantikannya menjaga kamu, Dir”
“ Tapi mengapa Edo memilih kamu, Al?” tanya Dira
“ Bukan. Edo bukan memilih, karena pasti ada yang lain selain aku jika dia memilih. Sebenarnya aku sudah sayang sama kamu jauh sebelum Edo yang memilikimu. Aku memang sengaja mengalah walau sakit rasanya. Entah darimana Edo bisa tau perasaanku sama kamu ini. Tapi, aku tidak akan memaksamu untuk memenuhi permintaan Edo itu, Dir.” Jelas Alfi pada Dira.
“ Alfian.” Dira memeluk Alfi dan masih terhanyut dalam tangis panjangnya sore itu. “ Alfi, aku tidak mau kehilangan senjaku untuk kedua kalinya. Aku mau membuat Edo tenang dan bahagia dengan hidup bersamamu.”
Sejenak mereka terhanyut dalam perasaan masing – masing tanpa disadari bahwa semua teman – teman Dira dan keluarganya siap untuk merayakan ulang tahunnya. Dira tersenyum bahagia dengan kesempurnaan yang ia miliki sekarang. Senja yang datang sore itu semakin membuat Dira percaya, Edo pasti tersenyum disana.
“ Kado yang paling istimewa yang pernah aku dapat selama ini adalah kalian semua. Ayah, Mama, dan teman – teman semua yang telah mempengaruhiku selama ini untuk membuat lesung pipiku kembali ada dengan senyumanku. Dan Alfian, terimaksih untuk kado senjamu.” Ucap Dira di Ulang Tahunnya ini.